Rabu, 11 Maret 2015

metode penelitian sosial

1.      Paradigma Ilmu dan Penelitian, Pengertian MPS dan Tujuan Penelitian Sosial
1.1  Paradigm Ilmu dan Penelitian
paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. (Harmon, Moleong, 2004: 49)
Perbedaan paradigma kuantitatif dan kualitatif :
Banyak isu-isu metodelogis yang membedakan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma positivistis, sedangkan penelitian kualitatif dinyatakan sebagai paradigma fenomenologis atau naturalistis.[1]
Penelitian kuantitatif dapat dikonstruksi sebagai strategi penelitian yang menekankan kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data dengan pendekatan deduktif, untuk hubungan antara reori dengan menempatkan pengujian teori (testing of theory). Oleh karena itu, penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah social berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistic untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut sudah benar.
Sebaliknya, penelitian kualitatif dapat dikonstruksi sebagai satu strategi penelitian yang biasanya menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data, menekankan pendekatan induktif, untuk hubungan antara teori dan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori (generation of theory). Oleh karena itu, penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah social berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah.
1.2  Pengertian Metode Penelitian Sosial
Pengertian Metodelogi Penelitian Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara mencari kembali secara teliti tentang fakta-fakta sosial. Dalam metodelagi penelitian sosial terdapat permasalahan-permasalahan, permasalahan adalah kesenjangan antara harapana dengan kenyataan atau kesenjangan antara teori dengan praktek, atau kesenjangan antara rasionalisasi dengan empirisasi yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dicarikan jalan pemecahannya secara ilmiah.
1.3  Tujuan Penelitian Sosial
Tujuan penelitian sosial merupakan arah, haluan, dan maksud dari penelitian sosial. Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip, dan menemukan hubungan antara fakta, menginterpretasikan dan merevisi fakta-fakta, pemecahan masalah.
Tujuan penelitian sosial dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : untuk menemukan hal baru dalam memecahkan masalah sosial, untuk verifikasi atau memeriksan tentang kebenaran suatu penyelesaian masalah sosial, dan untuk mengembangkan ilmu sosial dalam fungsinya sebagai alat untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Beberapa ahli juga menyebutnya dengan istilah eksploratif,verifikasi, dan devolepment.
1)      Menemukan hal baru dari hasil eksploratif
Definisi eksplorasi sendiri adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber-sumber alam yang ada di tempat itu. Proses eksplorasi ini kemudian akan menghasilkan penemuan baru. Penemuan-penemuan baru dibedakan dalam dua pengertian, yaitu: discovery dan invention. Discovery yaitu penemuan kebudayaan baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu ataupun serangkaian ciptaan beberapa individu. Selanjutnya invention yaitu discovery yang sudah mendapatkan pengakuan oleh masyarakat dan dapat diterima serta diterapkan dalam kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian sosial dilihat dari temuan hasil eksplorasi dapat dibagi dua, yaitu: penelitian sosial dengan tujuan discovery dan penelitian sosial dengan tujuan invention. Jadi eksplorasi hanya sebatas jandela masuk dalam mewujudkan tujuan penelitian sosial, eksplorasi bukanlah suatu tujuan, tetapi proses.
2)      Untuk verifikasi
Definisi verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan. Verivikasi dalam penelitian sosial adalah suatu tujuan penelitian sosial yang hendak dicapai untuk menguji kebenaran atau menguji hasil penelitian yang pernah dilakukan karena adanya data-data yang diragukan kebenarannya.
3)      Untuk devolepment (pengembangan)
Tujuan penelitian sosial untuk devolepment adalah penelitian sosial tersebut dilakukan untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam suatu ilmu sosial atau masalah sosial guna dipecahkan agar tercipta ilmu sosial dan masyarakat yang diinginkan.
2.      Ruang Lingkup Penelitian Sosial, Etika Penelitian Sosial, Jenis-jenis Penelitian Sosial
2.1  Ruang Lingkup Penelitian Sosial
Dalam arti luas, penelitian sosial adalah studi ilmiah tentang masyarakat dan cara dimana orang-orang berperilaku serta saling mempengaruhi. Penelitian sosial menyelidiki di luar pengalaman langsung peneliti dan membantu menjelaskan bagaimana masyarakat terbentuk, misalnya oleh pengangguran, pertumbuhan ekonomi, politik atau tentang kebahagiaan.
Aplikasi hasil penelitian sosial memberikan informasi penting bagi pemerintah, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, perusahaan, pembuat kebijakan dan lain-lain. Tidak mudah mengklasifikasi ruang lingkup penelitian sosial karena luasnya cakupan studi dan komplesitas yang ada di dalamnya. Bahkan di dalam prakteknya, para ilmuwan memiliki gagasan-gagasan tersendiri.
cakupan-cakupan disiplin di dalam penelitian sosial sebagai berikut:
1)      Demografi dan Statistik Sosial, Metode dan Komputasi
Ø  Demografi adalah studi tentang perubahan dan tren populasi menggunakan sumber daya seperti data kelahiran, kematian dan penyakit dan lain-lain.
Ø  Sosial, Metode dan Komputasi melibatkan pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
2)      Studi Pembangunan, Geografi Manusia dan Perencanaan Lingkungan
Ø  Studi pembangunan adalah cabang multidisiplin ilmu-ilmu sosial yang membahas berbagai isu sosial dan ekonomi terkait pengembangan atau studi tentang negara-negara miskin.
Ø  Geografi manusia mempelajari orang-orang, masyarakat dan budaya terutama mengenai dampaknya terhadap perubahan lingkungan.
Ø  Perencanaan lingkungan mengeksplorasi proses pengambilan keputusan dalam mengelola sistem hubungan antara manusia dan alam.
3)      Ekonomi, Manajemen dan Studi Bisnis
Ø  Ekonomi berusaha untuk memahami bagaimana individu berinteraksi dalam struktur sosial untuk menjawab pertanyaan kunci tentang produksi dan pertukaran barang dan jasa.
Ø  Manajemen dan Studi Bisnis mengeksplorasi berbagai aspek yang berkaitan manajemen usaha seperti strategis dan operasional, psikologi organisasi, hubungan kerja, pemasaran, akuntansi, keuangan dan logistik.
4)      Pendidikan, Antropologi Sosial, dan Linguistik
Ø  Pendidikan merupakan salah satu ilmu sosial paling penting yang mengeksplorasi bagaimana orang belajar dan berkembang.
Ø  Antropologi Sosial adalah studi tentang bagaimana masyarakat dan struktur sosial manusia diatur dan dipahami.
Ø  Linguistik berfokus pada bahasa dan bagaimana orang berkomunikasi melalui suara yang diucapkan dan kata-kata.
5)      Hukum, Ekonomi dan Sejarah Sosial
Ø  Hukum berfokus pada aturan yang dibuat pemerintah dan orang-orang untuk memastikan masyarakat menjadi lebih tertib.
Ø  Ekonomi dan Sejarah Sosial melihat peristiwa masa lalu untuk belajar dari sejarah dan lebih memahami proses masyarakat kontemporer.
6)      Politik dan Hubungan Internasional
Ø  Politik berfokus pada demokrasi dan hubungan antara manusia dan kebijakan di semua tingkatan dari individu hingga tingkat nasional dan internasional.
Ø  Hubungan Internasional adalah studi tentang hubungan antar negara termasuk peran organisasi lain.
7)      Psikologi dan Sosiologi
Ø  Psikologi mempelajari pikiran manusia dan mencoba untuk memahami bagaimana orang-orang dan kelompok-kelompok mengalami berbagai emosi, ide, dan kesadaran.
Ø  Sosiologi melibatkan kelompok orang, bukan individu, dan upaya untuk memahami cara orang berhubungan satu sama lain dan fungsi sebagai masyarakat atau sub-kelompok sosial.
8)      Studi Teknologi
Studi Teknologi berkaitan peran teknologi dalam masyarakat, kebijakan dan perdebatan yang membentuk teknologi modern.


2.2  Etika dalam Penelitian Sosial
Pada hakikatnya penelitian sosial dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu pertanyaan atas fenomena yang terjadi. Dalam proses pembuatannya, secara teknis memang diperlukan unsur penelitian ilmiah. Namun dalam pelaksanaannya peneliti dituntut untuk mematuhi kode etik riset ilmiah, baik selama proses pengerjaannya maupun pada penulisan laporan penelitian.
Etika penelitian melibatkan penerapan prinsip-prinsip etika dasar untuk berbagai topik yang melibatkan penelitian ilmiah, termasuk desain dan pelaksanaan penelitian eksperimen yang melibatkan manusia, hewan percobaan, berbagai aspek skandal akademik, termasuk kesalahan ilmiah (seperti penipuan, rekayasa data dan plagiarisme), dan lain sebagainya.
Dalam hal penelitian ilmiah, sejumlah isu utama yang dibahas didalamnya harus termasuk dan tidak terbatas pada 4 aspek, yakni kejujuran, review process, standar etika, serta kepengarangan. Aspek kejujuran dan integritas merupakan syarat wajib dari masing-masing peneliti. Dalam aspek review process, peer-review yang memberikan kontribusi untuk proses pengawasan mutu dan ini merupakan langkah penting untuk memastikan berdiri dan orisinalitas dari penelitian. Aspek standar etika meliputi berbagai perbuatan ataupun tindakan moral yang harus dilakukan oleh peneliti. Sedangkan aspek kepengarangan bertujuan untuk mengakui hasil karya orang lain yang tercantum dalam penelitian yang dilakukan olrh peneliti.
2.3  Jenis-jenis Penelitian Sosial
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan dari berbagai cara dan sudut pandang, di antaranya adalah sebagai berikut.
1)      Pendekatan Analisis
Dilihat dari pendekatan analisisnya, kita mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan kualititatif.
a.       Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian-penelitian survei dan eksperimen yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antarvariabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian dengan pendekatan ini merupakan penelitian dengan sampel besar.
b.      Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penekanan penelitian ini adalah pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Biasanya penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
2)      Tujuan
Jenis penelitian dilihat dari tujuannya adalah penelitian dasar, terapan, eksploratif, verifikatif, dan developmental.
a.       Penelitian Dasar : Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu generalisasi, teori, atau dalil-dalil yang berlaku umum.
b.      Penelitian Terapan : Penelitian terapan diarahkan untuk kepentingan praktis di bidang kehidupan sehari-hari.
c.       Penelitian Eksploratif : Jenis penelitian ini bertujuan untuk menemukan masalah-masalah dan gejala-gejala baru dari suatu hal atau berusaha menemukan sesuatu yang sebelumnya belum ada (mendapatkan pengetahuan baru).
d.      Penelitian Verifikatif : Penelitian jenis ini bertujuan menguji kebenaran atau menguji hasil suatu penelitian yang sudah dilakukan karena adanya data atau kesimpulan yang diragukan kebenarannya.
e.       Penelitian Developmental : Penelitian ini bertujuan mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam suatu teori keilmuan.
3)      Kedalaman Analisisnya
Ditinjau dari kedalaman analisisnya, kita mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.
a.       Penelitian Deskriptif
Penelitian ini dalam melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya, sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
b.      Penelitian Inferensial
Penelitian inferensial melakukan analisis hubungan antarvariabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian kesimpulan penelitian jauh melampaui sajian data kuantitatif. Dalam penelitian jenis ini, kita dapat berbicara mengenai besarnya peluang kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
4)      Karakteristik Masalah Berdasarkan Kategori Fungsional
Menurut Isaac dan Michael, dipandang dari karakteristik masalah berdasarkan kategori fungsionalnya, penelitian dibedakan atas penelitian deskriptif, perkembangan, studi kasus, kausal komparatif, dan eksperimental.
a.       Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan karakteristik populasi atau bidang tertentu. Selain itu juga berusaha meng-gambarkan situasi atau kejadian, dan data yang dikumpulkan sematamata bersifat deskriptif, sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan ataupun menguji hipotesis.
b.      Penelitian Pengembangan atau Penelitian Tindakan
Penelitian ini bertujuan mempelajari pola dan urutan perkembangan dan atau perubahan, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Penelitian ini seringkali memanfaatkan data-data kuantitatif dan kualitatif, tetapi fokusnya lebih merupakan terapan. Penelitian ini banyak dilakukan di bidang pendidikan.
3.      Sumber Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
3.1  Sumber Masalah Penelitian
Kedudukan masalah dalam penelitian sangat penting. Pemecahan masalah setengahnya ditentukan oleh kebenaran dalam perumusan masalahnya. Tidak dapat diharapkan pemecahan masalah dari pertanyaan yang salah. Pertanyaan masalah akan menentukan metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data yang akan digunakan. Untuk itu bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusannya dalam penelitian.
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109).
3.2  Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan. Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah :
1)      Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
2)      Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi. Lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3)      Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan non formal
4)      Observasi (Pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah. Contoh : Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar
5)      Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat
Identifikasi masalah  sebenarnya dilakukan untuk menemukan ruang lingkup masalah tertentu dalam ruang lingkup masalah tersebut misalnya ditentukan bahwa  masalah tersebut dalam bidang pendidikan,kemudian dipilih sala satu masalah sesuai dengan kemampuan peneliti baik dari segi pelaksanaan ataupun kurikulumnya. (tahir,2011:19)
3.3  Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah berkaitan dengan pemilihan masalah dari berbagai masalah yang telah diidentifikasikan. Dengan demikian masalah akan dibatasi menjadi lebih khusus ,lebih sederhana dan gejalanya akan lebih muda kita amati karna dengan pembatasan masalah maka seorang peneliti akan lebih focus dan terarah sehingga tau kemana akan melangkah selanjutnya dan apa tindakan selanjutnya . (tahir ,2011:19)
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian.Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. (Tahir,2012:20)
Abeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :
1)      Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna.
2)      Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya.
3)      Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit.
4)      Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional.
5)      Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk.
6)      Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya.
4.      Teori, Konsep, Proposisi, Hipotesis, Variabel dan Hubungan Antar Variabel
4.1  Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia social. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.
4.2  Konsep
Pengertian konsep dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objek. Dari sisi subjek, suatu konsep adalah kegiatan merumuskan dalam pikiran atau menggolong-golongkan. Sedangkan, dari sisi objek, konsep adalah isi kegiatan tersebut, artinya, apa makna konsep itu. Sebagai sesuatu yang bersifat umum, konsep adalah suatu yang bersifat universal. Konsep universal dapat bersifat langsung, bisa juga tidak langsung.
Dalam memahami konsep juga perlu dibedakan antara pengertian atau makna konsep dan ekstensi atau lingkup penerapan konsep. Misalnya pengertian "binatang rasional" termasuk dalam lingkup pengertian konsep "manusia". Sedangkan lingkup penerapan konsep adalah kumpulan individu yang dapat dipredikasikan dengan konsep tersebut atau yang merupakan contoh perwujudan konkretnya. Misalnya konsep universal refleks "kemanusiaan" merujuk secara eksplisit pada ekstensi atau lingkup penerapannya, yakni konsep universal langsung "manusia" dapat dipredikasikan pada banyak individu. Jadi, jelas bahwa konsep universal langsung hanya memaksudkan pengertiannya dan mengabstraksikan ekstensinya. Sedangkan, konsep universal refleks tidak dapat dipredikasikan karena secara eksplisit memaksudkan ekstensinya dan dengan demikian memberikan nama pada keseluruhan kelas dari hal yang dibicarakan.
4.3  Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q +  S  +  K  +  P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah (ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga) Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a.       Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b.      Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c.       Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
4.4  Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban tersebut masih perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati sesuatu gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi focus perhatiannya. Sebelum mendapatkan fakta yang benar, mereka akan membuat dugaan tentang gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi titik perhatiannya tersebut.
Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam suatu rencana penelitian, setidaknya ada empat yaitu:
1)      Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2)      Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3)      Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
4)      Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya :
a.       Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
b.      Hipotesis harus Dapat Diuji
c.       Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
d.      Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Jenis-Jenis Hipotesis :
1)      Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis,  yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Ex: “tidak ada hubungan antara warna baju dengan kecerdasan mahasiswa.
2)      Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.
Pengujian Hipotesis :
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran. 
4.5  Variabel dan Hubungan Antar Variabel
Teori yang di gunakan untuk menjelaskan satu atau lebih gejala social yang menjadi pusat perhatian peneliti. Sifat dan hakikat teori terletak pada penjelasan dan prediksinya tentang fenomena-fenomena yang diamati.[2] Yang dimaksud satu hubungan dalam penelitian selalu berarti satu hubungan antara dua atau lebih gejala-gejala. Oleh karena itu gejala direpresentasi oleh variabel, hubungan dalam penelitian berarti satu hubungan antara dua atau lebih variabel.
Jadi, hubungan antara variabel merupakan suatu perubahan berpola timbal balik antara dua variabel atau lebih. Jika dikatakan bahwa variabel X dan variabel Y berhubungan, secara sederhana hal itu dapat diartikan bahwa kedua variabel (X dan Y) berubah secara bersamaan. Artinya, perubahan nilai dalam variabel X disertai dengan perubahan nilai dalam variabel Y.
Tipe-tipe variabel dalam hubungan antara variabel :
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau kategori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-jenis variabel dalam hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peniliti dalam penelitian kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu posisi dan urutan waktu dan pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel, umumnya variabel diklasifikasi kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah :
·         Variabel independen
Variabel independen yaitu variabel yang mendahului. Pengurutan berdasarkan waktu ini juga dapat dikatakan bahwa satu variabel memengaruhi variabel lain. Hal ini terjadi dalam hubungan kausal. Hubungan kausal biasanya mulai dengan suatu akibat dan kemudian baru mencari sebab-sebabnya. Dalam sebuah diagram hubungan antar variabel, variabel sebab berposisi pada sebelah kiri dan variabel akibat berposisi sebelah kanan. Variabel yang berposisi disebelah kiri disebut sebagai veriabel independen atau bebas, sedangkan variabel yang berposisi di sebelah kanan sesudah variabel independen disebut variabel dependen.
·         Variabel dependen
Merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karena itu variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas. Ia merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel dependen adalah variabel yang merespons perubahan dalam variabel independen. Jika variabel independen ada, maka variabel dependen juga ada, dan jika ada peningkatan dalam variabel independen mungkin akan terjadi suatu peningkatan atau penurunn dalam variabel dependen. Jika terjadi perubahan nilai dalam variabel independen, perubahan nilai tersebut direspons secara positif atau negatif oleh variabel dependen.
Tidak mudah untuk menentukan apakah satu variabel adalah independen atau dependen, atau mana variabel independen atau diposisikan disebelah kiri dan mana variabel dependen atau diposisikan disebelah kanan dalam suatu hubungan antar variabel. Umumnya, variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama untuk penelitian hubungan antara variabel.topik-topik penelitian sering menekankan variabel dependen sebab variabel dependen adalah fenomena untuk dijelaskan.
·         Variabel antara
Sering kali dua variabel tampak saling berhubungan tetapi hubungan tersebut sebenarnya terjadi melalui variabel lain yang disebut variabel antara (intervening variable, mediating variable). Oleh karena itu, variabel intervening menggambarkan satu tipe khusus dari variabel independen yang dipilih untuk dipelajari untuk menentukan jika variabel tersebut memengaruhi hubungan antara variabel independen utama dan variabel dependen.
Dalam perspektif lain dapat dikatakan bahwa suatu variabel disebut variabel antara apabila dengan masuknya variabel tersebut hubungan statistic yang semula tampak antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. Hal itu disebabkan hubungan yang semula tampak antara dua varibel pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui variabel lain.
·         Variabel kontigensi
Merupakan variabel yang menetukan kuat atau lemahnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat atau variabel yang memiliki efek kontingen (contingent effect). Perubahan dalam variabel bebas secara langsung mengakibatkan perubahan dalam variabel terikat, tetapi kuat atau lemahnya akibat perubahan tersebut bergantung pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu inilah yang disebut variabel kontingensi.
Variabel kontingensi menentukan kuat atau lemahnya hubungan atau pengaruh variabel indevenden terhadap variabel dependen. Jika kondisi variabel kontingensi tidak kondusif, hubungan variabel independen dan variabel dependen akan lemah atau menurun, dan begitu juga sebaliknya.
5.      Karakteristik Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
5.1  Kuantitatif
Strategi-strategi kuantitatif :
Pada dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen yang lebih kompleks dengan semua variabel dan treatmentnya (seperti rancangan factorial dan rancangan repeated measure). Strategi-strategi kuantitatif juga meliputi model-model persamaan structural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode-metode kausalitas dan identifikasi kekuatan variabel-variabel ganda. Dalam buku ini hanya focus pada dua strategi penelitian kuantitatif, yakni survey dan eksperimen.[3]
·         Penelitian survei
Berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitian ini meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi populasi berdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990)
·         Penelitian eksperimen
Berusaha menentukan apakah suatu treatment memengruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok, dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain, lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen actual dengan penugasan acak (random assignment) atas subjek-subjek yang di treatment dalam kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi eksperimen dengan prosedur-prosedur non acak (keepel, 1991). Termasuk dalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subject.
5.2  Kualitatif
Strategi-strategi kualitatif :
Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulai bermunculan sejak tahun 1990-an dan memasuki abad XX. Dalam buku ini, menyajikan ilustrasi-ilustrasi berdasarkan strategi-strategi, sekaligus memperkenalkan bahwa pendekatan-pendekatan seperti penelitian partisipatoris, analisis wacana, dan pendekatan-pendekatan lain juga dapat menjadi cara-cara yang memadai didalam melakukan penelitian kualitatif.[4]
·         Etnografi
Merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang didalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan.
·         Grounded theory
Merupakan strategi penelitian yang didalamnya peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan ketegori-kategori atas informasi yang diperoleh.
·         Studi kasus
Merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
·         Fenomenologi
Merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami penglaman-pengelaman partisipan yang ia teliti.
·         Naratif
Merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri.
6.      Populasi Penelitian, Sampling Penelitian, dan Teknik Penentuan Sampling
6.1  Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus. (Sabar, 2007).
Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi dapat dibedakan antara populasi target atau sasaran dan populasi pemiliham sample. Populasi yang secara idel digeneralisasi atau dilakukan inferensi disebut populasi target (target population).[5] Populasi terdiri dari individu-individu, rumah tangga atau kelompok dalam jurisdiksi yang menjadi perhatian. Populasi ini harus dispesifikasi secara tuntas. Populasi sample (sampled population), kadang-kadang disebut sebagai the available population, accessible population, atau sampling population, menunjukan pada populasi yang darinya, secara actual dan secara realistis, diambil sample untuk membuat inferensi tentang populasi target.
Batasan populasi secara umum merupakan satu pilihan yang realistis bukan idealistis. Batasan tersebut tampak dari populasi sebagaimana didefinisikan. Jika populasi pemilihan sampel ditentukan berdasarkan definisi teoritis dari populasi yang dipelajari, populasi sasaran ditentukan berdasarkan definisi operasional. Populasi sasran merupakan populasi yang ingin dituju dan sekaligus menentukan batas atau lingkup generalisasi hasil penelitian. Jika data diperoleh dari populasi maupun sampel yang merupakan representasi dari populasi, dapat dibuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Namun, jika data diperoleh dari sampel yang bukan represantasi dari populasi, kesimpulannya hanya berlaku untuk sampel tersebut.
6.2  Sampel (Sampling) Penelitian
Setelah populasi didefinisikan, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menurunkan satu sampel dari populasi tersebut. Rancangan sampel (sample design) atau pemilihan rancangan sampel (sampling design). Rancangan sampel adalah seperangkat prosedur untuk pemilihan unit-unit dari populasi yang dijadikan sebagai sampel.[6]
Apabila memilih sampel dengan benar, sampel iti akan memberikan estimasi secara tepat tentang keseluruhan populasi yang diteliti. Tujuan estimasi adalah untuk menentukan nilai kira-kira dari satu parameter populasi dalam satu statistic sampel. Pemilihan sampel atau penerikan sampel (sampling) dapat diartikan sebagai proses pemilih sejumlah unit atau elemen atau sebjek dari dan yang mewakili populasi untuk dipelajari yang dengannya dapat dibuat generalisasi atau inferensi tentang karakteristik dari satu populasi yang diwakili.
Memilih sampel secara tepat merupakan tahap sangat penting dalam mengadakan satu penelitian sebabkualitas sampel menentukan tingkat generalisasi tentang populasi. Oleh karena itu, karakteristik utama dari satu sampel yang baik adalah derajat sejauhmana sampel merupakan representasi dari populasi darimana sampel dipilih. Itu sebabnya tujuan dari pemilihan sampel adalah untuk mendapat informasi tentang satu populasi.
Lebih baik melakukan penelitian sampel dari pada melakukan penelitian populasi karna penelitian sampel memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
  1. Karna menghemat dari segi waktu, tenaga dan biaya karna subyek penelitian sample relative lebih sedikit di banding dengan study populasi.
  2. Di banding dengan penelitian populasi penelitian sample lebih baik karna apabila penelitian populasi terlalu besar maka di khawatirkan ada yang terlewati dan lebih merepotkan.
  3. Pada penelitian populasi akn terjadi kelelahan dalam pencatatan dan analisisnya.
  4. Dalam penelitian populasi sering bersifat destruktif.
  5. Adakalanya penelitian populasi tidak lebih baik di laksanakan karna terlalu luas populasinya.
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel (sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu :
1)      Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneiti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.
2)      Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf representativeness sampel tersebut. Jika populasinya homogen secara sempurna, besarnya sampel tidak mempengaruhi tarag representativeness sampel.
3)      Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggi pula tingkat representativeness sampel.
4)      Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Makin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkt representativeness sampel.
6.3  Teknik Penentuan Sampling
Populasi dan sampel adalah bagian metodologi statistika yang berhubungan dengan generalisasi hasil penelitian. Cara-cara pengambilan sampel ini disebut dengan teknik sampling. Dengan demikian teknik sampling adalah teknik atau metode untuk memilih dan mengambil unsur-unsur atau anggota-anggota dari populasi untuk digunakan sebagai sampel secara representatif. Teknik sampling banyak menggunakan teori probabilitas sehingga berdasarkan tekniknya dikategorikan menjadi dua disebut probability sampling dan non-probability sampling.
1)      Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol. Teknik ini melibatkan pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Ada bermacam-macam metode probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling populer sebagai berikut :
a.      Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling. Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.
b.      Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Pengambilan sampel melibatkan aturan populasi dalam urutan sistematika tertentu. Probabilitas pengambilan sampel tidak sama terlepas dari kesamaan frekuensi setiap anggota populasi.
c.       Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)
Populasi dibagi ke dalam kelompok strata dan kemudian mengambil sampel dari tiap kelompok tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya, populasi dibagi ke dalam anak-anak dan orang tua kemudian memilih masing-masing wakil dari keduanya.
d.      Sampling Rumpun (Cluster Sampling)
Populasi dibagi ke dalam kelompok kewilayahan kemudian memilih wakil tiap-tiap kelompok. Misalnya, populasi adalah Jawa Tengah kemudian sampel diambil dari tiap-tiap kabupaten. Bisa juga batas-batas gunung, pulau dan sebagainya.
e.      Sampling Bertahap (Multistage Sampling)
Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling. Misalnya, menggunakan metode stratified sampling pada tahap pertama kemudian metode simple random sampling di tahap kedua dan seterusnya sampai mencapai sampel yang diinginkan.
f.        Probabilitas Proporsional Ukuran Sampling (Probability Proportional to Size Sampling)
Probabilitas pengambilan sampel sebanding dengan ukuran sampling bahwa sampel dipilih secara proporsional dengan ukuran total populasi. Ini adalah bentuk multistage sampling di tahap pertama dan kemudian random sampling di tahap kedua, tapi jumlah sampel sebanding dengan ukuran populasi.
2)      Non-probability sampling
Teknik non-probability sampling bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang nol. Artinya, pengambilan sampel didasarkan kriteria tertentu seperti judgment, status, kuantitas, kesukarelaan dan sebagainya. Ada bermacam-macam metode non-probability sampling dengan turunan dan variasinya, tapi paling populer sebagai berikut:
a.      Sampling Kuota (Quota Sampling)
Mirip stratified sampling yaitu berdasarkan proporsi ciri-ciri tertentu untuk menghindari bias. Misalnya, jumlah sampel laki-laki 50 orang maka sampel perempuan juga 50 orang.
b.      Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya, populasi adalah setiap pegguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari orang-orang yang kebetulan melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.
c.       Sampling Purposive (Purposive or Judgemental Sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai informan. Misalnya, Anda meneliti kriminalitas di Kota Semarang, maka Anda mengambil informan yaitu Kapolresta Semarang, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal.
d.      Sampling Sukarela (Voluntary Sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan kerelaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Metode ini paling umum digunakan dalam jajak pendapat.
e.      Sampling Snowball (Snowball Sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya. Misalnya, penelitian tentang korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informan ke tiga dan seterusnya.
7.      Validitas dan Reliabilitas Penelitian
7.1  Validitas
Macam-macam validitas secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris :[7]
1)      Validitas logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” yang berasal dari akata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument yang bersangkutan sudah di rancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dari penjelasan tersebut dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrument disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrument tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu : validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi bagi ebuah instrument menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Dan validitas konstrak sebuah instrument menunjukan suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
2)      Validitas empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata empiris yang artinya “pengelaman”. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Dari penjelasan dan contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni dua yang pertama dicapai melalui penyusunan berdasarkan ketentuan atau teori, sedangkan dua berikutnya dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman. Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah sebagai berikut :
·         Validitas isi (content validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau mater, buku pelajaran. Bagaimana cara memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas sebuah isi sebuah tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan tes.
·         Validitas konstrak (construct validity)
Konstruksi dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis, yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa yang dengan suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti : ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka menganggap seolah-olah jiwa dapat dibagi-bagi, tetapi sebenarnya tidak demikian. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara untuk mempermudah mempelajari.
Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal, pekerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman.
·         Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika da istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent). Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
·         Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating.
Cara mengetahui validitas alat ukur :
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson.
Rumus korelasi product momen ada dua macam, yaitu :
·         Korelasi product moment dengan simpangan.
·         Korelasi product moment dengan angka kasar.
7.2  Reliabilitas
Arti reliabilitas bagi sebuah tes, dalam persyaratan tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tesdapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.[8]
Konsep tentang reabilitas ini tidak akan sulit dimengerti apabila sudah memahami konsep validitas. Dalam hal reabilitas ini tuntutannya tidak jauh berbeda. Jika validitas terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali.
Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes banyak sekali. Namun, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga hal, sebagai berikut :
·         Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas buti-butir soalnya
·         Hal yang berhubungan dengan tercoba (testee)
·         Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Cara-cara mencari besarnya reliaabilitas, Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang beberapa diluar tes (consistency external) dan pda tes itu sendiri (consistency internal)
·         Metode bentuk pararel (equivalent)
Tes pararel adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dengan menggunakan metode ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya bert karena harus menyusun dua seri tes, dan juga harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
·         Metode tes ulang (test retest method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes, tetapi dicobakan dua kali. Karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.
·         Metode belah dua (split-half method)
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini, yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metpode ini pengetes hanya menggunkan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, diebut juga single-test-single-trial method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah ditemukannya koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes.
8.      Studi Dokumentasi, Observasi, Survei, RGD dan Wawancara
8.1  Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan ataumelaporkan dalam bentuk kutipan tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen - dokumen tersebut.
Dokumentasi dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena :
  • merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong
  • berguna sebagai bukti untuk pengujian 
  • sifatnya alamiah, sesuai konteks, lahir dan berada dalam konteks tidak dibuat-buat
  • relatif murah dan tidak sulit diperoleh
  • tidak bersifat reaktif
  • hasil content analysis akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Secara umum dokumen dibagi menjadi 2 yaitu
1)      Dokumen Pribadi : catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan.
Dokumen pribadi dapat berupa : buku harian, surat pribadi, dan otobiografi.
2)      Dokumen Resmi : Dokumen resmi terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, risalah rapat, Surat keterangan.
b.      Dokumen eksternal berisi bahan - bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga untuk 
8.2  Observasi
Observasi adalah sistem atau rencana untuk mengamati perilaku. Observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi terdiri dari dua macam, yang pertama "Observasi Langsung" adalah pengamatan dan pencataan yang dilakukan terhadap objke ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki. Dan yang kedua yaitu "Observasi Tidak Langsug" adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan tidak pada saaat peristiwa berlangsung.
Teknik Observasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1)      Observasi Terbuka : bentuk observasi yang ideal dan paling dipertanggungjawabkan.
2)      Observasi Tertutup : dilakukan secara diam-diam dan peneliti tidak mengungkapkan identitas pribadi maupun institusinya bahkan dirahasiakan.
Tujuan Observasi dalam kepentingan pendidikan adalah :
1.      mendeskripsikan proses pembelajaran, dikategorikan sebagai observasi naturalistik yaitu bertujuan mempelajari perilaku manusia dalam lingkungan keseharian tanpa mengajukan pertanyaaan atau memberikan tes kepada subjek yang diamati.
2.      menyelidiki ketidakseimbangan pembelajaran untuk kelompok-kelompok anak yang berbeda.
3.      untuk perbaikan pembelajaran kelas berdasarkan umpan balik dari anak secara individual atau secara umum.
Kelemahan Observasi pada pelaksanaan pengamatan baik dari segi praktis maupun pengamatan terdapat beberapa kelemahan yaitu :
  • pengamatan terbatas dalam mengamati karena peranan dan keduduknnya 
  • pengamat yang berperan serta sering sukar memisahkan diri walaupun hanya sesaaat untuk membuat hasil pengamatan
  • hasil pengamatan berupa sejumlah besar data sering sukar dan memerlukan waktu untuk menganalisisnya
  • pengamat cenderung melakukan pengamatan secara tidak sistematis.
8.3  survei
Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris. Paradigma penelitian, tingkat data atau bentuk data yang akan diperoleh dan subjek penelitian (populasi atau sampel) menentukan pilihan atas metode pengumpulan data.[9] metode survei untuk ilmu social dikembangkan dalam paradigma penelitian kuantitatif. Dari segi keluasan lingkup, penelitian survei mengandung hal yang menguntungkan, yaitu :
1)      banyak informasi yang dapat diperoleh dari populasi yang luas.
2)      Informasi dari penelitian survei itu akurat, tentu saja dalam batas mengejutkan.
Survei sangat luas digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam sosiologi dan dalam banyak penelitian lapangan lain. Penelitian survei mengkaji populasi yang besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relative dari variabel-variebel. Survei merupakan usaha untuk mengumpulkan data dari anggota populasi untuk menentukan status terakhir dari populasi mengenai satu atau lebih fenomena
Istilah survei digunakan sebagai kategori dengan kuesioner dan wawancara sebagai metodologi khusus yang digunakan untuk pengumpulan data. Survei mungkin dilakukan terhadap salah satu dari survei sampel atau survei sensus, meskipun umumnya digunakan survey sampel. Dalam surevei sampel, peneliti menyimpulkan informasi tenteng populasi yang menjadi perhatian berdasarkan gambaran sampel yang ditarik dari populasi tersebut berdasarkan pemilihan sampel probabilitas. Sementara itu, survei sensus berusaha memperoleh data dari masing-masing anggota populasi.
Ada dua tipe utama pengumpulan data yang digunakan untuk metode survei, yakni kuesioner atau angket (questionnaire) dan interviu atau wawancara (interview). Kedua tipe ini dapat digunakan secara sendiri atau kuesioner sering dikombinasikan dengan wawancara atau sebaliknya.
8.4  FGD dan Wawancara
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang. Kedua, Peserta FGD harus bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok.
Ada beberapa kepentingan mengapa peneliti melakukan FGD, antara lain :
·         Jika peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut pandang,
·         Jika terjadi gap komunikasi antar kelompok,
·         Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya,
·         Untuk keperluan verifikasi
Wawancara adalah satu peristiwa umum dalam kehidupan sosialsebab ada banyak bentuk berbeda dari wawancara. Ada wawancara pekerjaan, wawancara media, wawancara kerja social, dan wawancara polisi. Metode wawancara banyak dilakukan untuk penelitian eksploratif, deskriptif, maupun eksplanatif. Metode wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dta atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi.
Wawancara dapat dilakukan dengan individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah yang berhubungan dengan satu subjek tertentu atau orang lain.[10] Individu sebagai sasaran wawancara ini sering disebut informan, yaitu orang yang memiliki keahlian atau pemahaman yang terbaik mengenai suatu hal yang ingin diketahui. Terdapat tipe wawancara, diantaranya :
1)      Wawancara terstruktur dan tak terstruktur
Wawancara terstruktur (structured interview) kadang-kadang disebut wawancara distandariasi (stanradized interview), memerlukan administrasi dari satu jadwal wawancara oleh seorang pewawancara. Wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti bila dia mengetahui secara jelas dan terperinci apa informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang sudh ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan disampaikan kepada responden.
Disebut wawancara tak terstruktur sebab pewawancara tidak memiliki setting wawancara dengan sekuansi pertanyaan yang direncanakan yang dia akan tanyakan kepada responden. Dengan kata lain, pewawancara dalam wawancara tak terstruktur secara khas hanya mempunyai satu daftar tentang topic atau isu, sering dinamakn sebagai satu interview guide, yang secara khas dicakup.wawancara tak terstruktur juga digunakan untuk surface beberapa isu pendahuluan (preliminary issue) yang darinya peneliti dapat formulasi satu ide yang baik tentang variabel yang butuh penyelidikan mendalam (in-depth investigation).


2)      Wawancara tatap muka dan telepon
Wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka (personal interview) dan melalui telepon (telephone interview atau telephone survey). Wawancara tatap muka dilakukan secara personal antra peneliti (pewawancara) dan responden (yang diwawancara). Sementara itu, wawancara melalui telepon merupakan pembicaraan antara peneliti wawancara dan responden yang diwawancara dengan menggunakan telepon sebagai alat. Walaupun banyak wawancara tak terstruktur dalam penelitian social dan organisasional dilakukan tatap muka, wawancara terstruktur dapat dilakukan dengan tatap muka atau melalui telepon bergantung pada tingkat kompleksitas dari isu yang dicakup, waktu wawancara yang akan diambil, waktu yang disediakan oleh masing-masing responden, atau kelompok dan wilayah geografis yang diliputi.
9.      Proposal Penelitian : Bab I Pendahuluan
Pendahuluan bagaikan kepala dari proposal penelitian, sehingga harus diusahakan tidak mengandung unsur-unsur bias, yang pada akhirnya hanya melemahkan proposal yang akan diajukan. Furqan (1982: 450) mengingatkan, bahwa bukannya tidak mungkin bila usulan penelitian ditolak karena pendahuluannya jelek dan tidak ditulis dengan cermat.
Didalam pendahuluan, penulis haruslah manuliskan masalah penelitiannya dengan jelas dan tidak meragukan, kemudian menghubungkannya dengan informasi yang ada di lapangan, serta menunjukkan penting dan perlunya penelitian tersebut dilakukan. Penulis harus dapat menjelaskan maksud dari penelitiannya, berdasarkan tinjauan kepustakaan yang pernah ada, baik secara teori maupun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Memberikan dasar-dasar terhadap hipotesis serta dapat menguraikannya baik berupa konsep maupun langkah-langkah operasionalnya. Dalam bagian pendahuluan isinya harus memuat mengenai :
1.      Konteks Permasalahan Penelitian
Pada dua paragraf pertama pendahuluan, penulis proposal perlu menyampaikan masalah yang sedang dihadapi. Untuk dapat memperkuat pentingnya permasalahan tersebut penulis dapat menguraikan latarbelakang masalah secara gamblang, sehingga pembaca dapat menangkap permasalahan tersebut dan bisa memahami signifikansinya. Sumber kepustakaan yang kuat, serta nilai kapabilitasnya tidak diragukan, dapat dijadikan sebagai sumber penguat terhadap permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

2.      Pernyataan Permasalahan Penelitian

Menyatakan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian, merupakan hal penting yang dapat membantu pembaca dengan cepat memahami maksud penelitian. Dengan menuliskan pernyataan permasalahan pada bagian-bagian awal pendahuluan, pendahuluan akan menginformasikan secara tegas masalah yang diangkat, dan tidak hanya uraian belaka. Hal itu untuk menghindari kebingungan pembaca terhadap uraian permasalahan yang telah disebutkan, atau paling tidak dapat memastikan pembaca lebih cepat menangkap permasalahan tersebut. Sederhananya, sebagaimana pendapat Furqan (1982: 450-451), pernyataan permasalahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang jelas dan langsung tentang masalah yang akan diteliti.
Dalam pernyataan permasalahan, dapat disebutkan pula beberapa penyelidikan yang mengarah langsung kepada masalah tersebut. Bila masalah tersebut timbul dari pengalaman penulis, maka hal itu dapat dijelaskan secara singkat pada bagian ini. Penggunaan istilah dalam penelitian yang mungkin masih belum diketahui oleh pembaca, atau sengaja ingin diberikan arti secara khusus oleh penulis, harus dijelaskan. Sehingga pembaca tidak mendapati term yang bias atau tidak mudah dimengerti.
10.  Proposal Penelitian : Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah.
Istilah Tinjauan Pustaka diterjemahkan secara langsung dari Literature Review. Namun demikian, bagian ini tidak sekedar meninjau pustaka pada bagian permukaan saja, melainkan jauh 'masuk ke dalam'. Hal itu diperlukan agar kita bisa melihat lebih banyak, bisa melakukan evaluasi dan sintesis dari isi pustaka yang kita gunakan.
Membuat Tinjauan Pustaka yang baik tidaklah mudah dan memerlukan keterampilan dan usaha dari kita. Perlu diketahui bahwa Tinjauan Pustaka bukan hanya sekedar daftar hasil penelitian sebelumnya yang sudah diterbitkan. Lebih dari pada itu, kita harus melakukan evaluasi dan sintesis sehingga sebuah Tinjauan Pustaka yang kita hasilkan memiliki nilai akademik yang tinggi.

Fungsi tinjauan pustaka, Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah tesis atau disertasi. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi adanya Tinjauan Pustaka dalam tulisan ilmiah sebagaimana yang ditayangkan oleh Deakin University Library:

ü  Untuk menunjukkan adanya celah-celah kosong (gap) dalam literatur yang perlu diisi melalui penelitian.
ü  Untuk mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian. Kita bisa melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum. Jika sudah dilakukan, seberapa dalam pengetahuan yang telah diperoleh dan kemungkinan untuk pengembangannya lebih lanjut.
ü  Untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai. Penelitian adalah sebuah upaya untuk memperbaiki apa yang sudah diperoleh sebelumnya.
ü  Untuk mengetahui siapa saja yang telah melakukan penelitian dan publikasi dalam bidang ilmu kita masing-masing. Tujuannya adalah agar kita bisa lebih mudah membangun jejaring akademik.
ü  Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topik yang sedang kita geluti.
ü  Untuk menunjukkan bahwa kita memiliki akses terhadap database informasi ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian kita.
ü  Untuk memberikan landasan teori terhadap penelitian kita sehingga bisa menunjukkan posisi penelitian kita dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
ü  Untuk mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topik penelitian kita.
ü  Untuk mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topik penelitian kita.
Tinjauan Pustaka bukanlah sekedar daftar hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kita masih sering menemukan kesalahan seperti ini. Tinjauan Pustaka masih dibuat hanya dengan melaporkan kembali hasil penelitian orang lain, tanpa mencoba untuk melakukan evaluasi, perbandingan, dan sintesis antara satu hasil penelitian dengan yang lainnya
11.  Proposal Penelitian : Bab III Metodologi Penelitian
Metode penelitian memuat : jenis penelitian, populasi dan sample penelitian, lokasi dan waktu penelitian, hubungan variable dan definisi operasional, instrumen penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, metode analisis data dan keterbatasan
a.       Jenis Penelitian
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
b.      Populasi dan Sample
Berisi cara pengambilan sample, besar sample, cara pengumpulan sample, teknik penarikan sample. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi semua benda yang memiliki sifat atau cirri yang bisa diteliti. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
c.       Lokasi dan Waktu Penelitian
Berisi mengenai tempat atau lokasi penelitian beserta waktu yang dipergunakan melakukan penelitian.
d.      Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti dalam suatu penelitian.
e.       Definisi Operasional
Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional mendiskripsikan variable sehingga bersifat spesifik (tidak berintegrasi ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam variable sesuai dengan tingkat pengukurannya dan menunjukkan kedudukan variable dalam kerangka teoritis.
f.       Teknik Pengumpulan Data
Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun data sekunder. Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa observasi, wawancara langsung, angket, pengukuran / pemeriksanaan.
g.      Instrument Penelitian
Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara atau angket.
h.      Teknik Pengolahan Data
Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data hasil penelitian dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian.
i.        Metode Analisis Data
Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Kegiatan analisa data ini meliputi : persiapan, tabulasi dan aplikasi data. Pada tahap analisa data inidapat menggunakan uji statistik jika memang data dlam penelitian tersebut harus diuji dengan uji statistic
j.        Keterbatasan
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dimana kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan. Dalam bab ini disajikan keterbatasan peneliti secara teknis yang mungkin mempunyai dampak secara metodologis maupun substantif, seperti : keterbatasan pengambilan sampel, keterbatasan jumlah sampel, keterbatasan instrumen penelitian, keterbatasan waktu dan sebagainya.
12.  Penentuan Instrumen Penelitian : Kuisioner
Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket atau kuesioner dapat disebut sebagai wawancara tertulis, karena isi kuesioner merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden.
Jenis-Jenis Angket, Angket sebagai instrumen pengumpulan data dibuat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian, kita mengenal beberapa jenis angket, yaitu sebagai berikut :
1)      Angket tertutup, yaitu angket yang apabila pertanyaannya disertai dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan oleh peneliti, dapat berbentuk ‘ya’ atau ‘tidak’, dan dapat pula berbentuk sejumlah alternatif atau pilihan ganda.
2)      Angket terbuka, yaitu angket yang apabila dalam daftar pertanyaan tidak diberi pilihan jawaban, sehingga memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab sesuai dengan keinginannya sendiri.
3)      Kombinasi antara angket terbuka dan angket tertutup, yaitu angket di mana dalam daftar pertanyaan, selain menentukan atau memberikan alternative jawaban juga memberi keleluasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.
4)      Angket langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang dirinya.
5)      Angket tidak langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang orang lain.
Keuntungan angket dalam suatu penelitian, pengumpulan data dengan menggunakan angket memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah sebagai berikut :
a)      Tidak memerlukan kehadiran seorang peneliti.
b)      Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
c)      Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.
d)     Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.
e)      Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benarbenar sama.
f)       Mudah pengisiannya karena responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya.
g)      Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengisinya.
h)      Lebih besar harapan untuk dikembalikan.
i)        Lebih mudah pengolahannya.
j)        Dapat menjangkau responden dalam jumlah besar.
Selain mempunyai beberapa keuntungan, pengumpulan data dengan menggunakan angket juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut :
a)      Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.
b)      Seringkali sukar diberi validitasnya.
c)      Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
d)     Seringkali angket tidak dikembalikan, terutama jika dikirim lewat pos.
e)      Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.
f)       Pilihan jawaban mungkin tidak mencakup apa yang terkandung dalam hati responden.
g)      Jawaban responden sudah diarahkan oleh peneliti, sehingga kurang ada kebebasan secara leluasa dari responden.
h)      Jawaban dari responden terkadang seadanya, bisa jadi tidak dalam keadaan yang sesungguhnya, karena dalam pilihan jawaban ada yang paling baik, dan pilihan itu cenderung dipilih oleh responden, padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu.
13.  Penentuan Pedoman Wawancara
Wawancara terstruktur atau tidak terstruktur dilakukan melalui tatap muka atau telepon, secara garis besar langkah-langkah melakukan wawancara adalah sebagai berikut :[11]
1.      Susun pertanyaan interview yang berhubungan dengan objek penelitian.
2.      Tentukan objek yang diwawancara dan cara wawancara.
3.      Adakan hubungan dengan responden untuk memperkenalkan diri dan penelitian, mengomunikasikan maksud wawancara, sekaligus menentukan jadwal dan tempat dan sarana wawancara.
4.      Uji coba wawancara dengan sampel kecil dari sampel yang telah ditentukan.
5.      Perbaiki pertanyaan wawancara jika membingungkan.
6.      Lakukan wawancara dan ajukan pertanyaan.
7.      Bangun komunikasi efektif selama wawancara (termasuk tahap uji coba).
8.      Lakukan probing untuk mengkonfirmasi jawaban dan untuk mendapat informasi yang lebih luas.
9.      Catat jawaban-jawaban, baik secara manual atau secara mekanik melalui alat perekam.
10.  Ucapkan terima kasih kepada responden jika wawancara telah selesai dan buat janji jika masih diperlukan wawancara lanjutan.




[1] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012) hal 76
[2] Ibid, hal 129
[3] John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakatra : Pustaka Pelajar, 2014) hal 18
[4] Ibid, hal 19
[5] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012) hal 253
[6] Ibid, hal 255
[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012) hal 80
[8] Ibid, hal 100
[9] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012) hal 291
[10] Ibid, hal 312
[11] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012) hal 315

1 komentar:

  1. TITanium 3D printer with high-quality, premium quality components
    TITanium 3D printer has a nice oakley titanium sunglasses high-quality design that's where can i buy titanium trim reminiscent of the titanium ingot classic shape of the original model, but in a does titanium set off metal detectors very stylish titanium helix earrings way

    BalasHapus