Jumat, 06 Februari 2015

Aliran-aliran di dalam fiqh



ALIRAN – ALIRAN DI DALAM FIQH
A.    Macam – macam Mazhab
Kira – kira pada abad pertama Hijriah sampai pada awal keempat, tidak kurang dari sembilan belas aliran hukum sudah tumbuh dalam islam. Kenyataan ini saja cukuplah sudah penunjukan betapa ahli – ahli hukum  kita dahulu tak putus – putusnya bekerja untuk untuk disejalankan dengan kebutuhan – kebutuhan peradaban yang terus tumbuh.
Adanya aliran –aliran dalam fiqh ini karena adanya perbedaan disekitar metode berijtihad yang menimbulkan perbedaan pendapat. Dari perbedaan pendapat ini terbentuklah kelompok – kelompok fiqh yang pada mulanya terdiri dari murud – murid para Imam Mujtahid. Pada akhirnya kelompok – kelompok ini pun berkembang dan tersebar. Sebenarnya para Imam mujtahid sendiri tidaklah menganjurkan untuk mengikuti mereka. Yang dianjurkan oleh para imam mazhab justru kembali kepada dalil – dalil dalam berijtihad, meskipun dengan cara itu ada kemungkinan hukum yang dihasilkan berbeda dengan pendapat mereka. Dengan kata lain para Imam mujtahid mendorong untuk berijtihad. Hal ini dibuktikan oleh ucapan imam mazhab itu sendiri.
Dalam hubungan ini pegangan para imam berijtihad seperti :
a.       Imam Abu Hanifah berpegang kepada Al – Qur’an, Asunnah, dan pendapat sahabat. Kemudian dalam ijtihadnya beliau menggunakan Qiyas, Al – Istihsan, Ijma sahabat dan Urf. Mazhab Hanafi terdapat di Turki, Afganistan, Asia Tengah, Pakistan, India, dan Mesir.
b.      Imam Maliki berpegangan pada Al – Qur’an, Assunnah, Amal ahli Madinah, Fatwa Sahabat, Al – Qiyas, Al – Maslahah, Al – Mursalah, dan Adzari’ah. Amal ahli Madinah yang dijadikan pegangan oleh Imam Malikiadalah perbuatan penduduk Madinah yang tidak yang tidak mungkin tidak asalnya dari Rasululloh. Mazhab Maliki banyak dianut di Afrika Utara, Sudan, dan beberapa bagian di Mesir. Dahulu mazhab Maliki dianut di Andalusia (Spanyol).
c.       Imam Al – Syafi’i berpegang kepada Al – Qur’an, Assunnah, Ijma’, Qiyas, dan Istidlal. Mazhab Syafi’i banyak dianut di Arabia Selatan (Yaman), di India Selatan, Muangthai, Malaysia, Indonesia, Brunai, dan Filipina.
d.      Imam Ahmad Ibn Hanbali berpegangan ke[ada Al – Qur’an, Assunnah, Fatwa Sahabat, Qiyas dan Adzaria’. Mazhab ini banyak dianut di Arabia, Siria, dan beberapa bagian Afrika.
e.       Mazhab Dhahiri berpegangan kepada Al – Qur’an, Assunnah, pendapat Sahabat dan Istishab. Mazhab ini dahulu banyak dianut di Andalusia (Spanyol), kemudian menyebar ke negeri – negeri di Afrika Utara.
f.       Pegangan Syi’ah adalah Al – Qur’an, Assunnah, Qiyas, Istihsan, Al – marsalah, Al – Mursalah, dan Al – Aqal (apa yang menurut akal baik) ini digunkan apabila ia tidak ada jalan lain (Syi’ah Zaidiyah). Adapun Syi’ah Ja’fariah menggunakan Al – Qur’an, Assunnah, Ijma’, Al – Maslahah, Al – Mursalah, dan Aqal. Mazhab Syi’ah banyak dianut di Iran dan sebagian Irak serta di daerah Yaman Utara.
Tampak ada kecenderungan dikalangan para Ahli Hukum Islam sekarang ini untuk mempertimbangkan semua mazhab tidak hanya memperhatikan suatu mazhab saja dalam mengambil keputusan hukum. Di samping itu dengan adanya kitab – kitab dari semua mazhab menyebar diseluruh dunia islammungkinkah untuk mempelajari fiqh secara muqaranah. Fiqh Islam yang lama diam, mulaibergerak kembali bersama – sama dengan bangunnya kembali masyarakat muslim di seluruh dunia Islam.
B.     Riwayat Singkat Imam Mazhab
1.      Imam Abu Hanifah (80-150H-767 M)
Beliau dilahirkan di kufah tahun 80 H. Nama beliau adalah Nu’man bin Tsabit. Beliau lebih terkenal dngan sebutan Abu Hanifah bukan karena mempunyai putre bernama Hanifah, tetapi asal nama itu dari Abu al – Millah al – Hanifah, diambil dari ayat : حنيفا ابرهيم ملة فاتبعوا (Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Ali Imran ayat 95). Beliau bukan orang Arab tetapi keturunan orang Persiayang menetap di Kufah. Ayahnya dilahirkan pada masa Khalifah Ali. Kakeknya dan Ayahnya pernah didoakan oleh Imam Ali agar mendapatkan turunan yang diberkahi Allah SWT. Pada waktu kecil Beliau menghapal Al – Qur’an, seperti dilakukan anak – anak pada masa itu, kemudian berguru kepada Imam Ashim salah seorang Imam Qiro’ah Sab’ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang, oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Nu’man pun kemudian menjadi pedagang.
Guru – guru Abu Hanifah yang terkenal diantaranya :
Ø  Al – Sya’bi dan Hammad bin Abi Sulayman di Kufah.
Ø  Hasan Basri di Basrah.
Ø  Atha’ bin Rabbah di Mekah.
Ø  Sulayman dan Salim di Madinah.
Dalam kunjungan yang kedua kalinya ke Madinah Abu Hanifah bertemu dengan Muhammad Bagir dari Syi’ah dan putra Imam Bagir yaitu ja’far al – Shiddiq. Beliau pun mendapatkan banyak ilmu dari ulama ini.
Dengan demikian Imam Abu Hanifah mempunyai banyak guru di kufah, Basrah, Mekah dan Madinah. Beliau berkeliling ke kota – kota yang menjadi pusat ilmu masa itu dan banyak mengetahui hadits – hadits. Yang menonjol dari fiqh Imam Abu Hanifah ini antara lain adalah :
1)      Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.
2)      Lebih mudah dipahami daripada mazhab yang lain.
3)      Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang nonmuslim).
Abu hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat cerdas, ikhlas dan tegas dalam bersikap, mempunyai integritas pribadi, dan memiliki daya tarik yang tersendiri. Sehingga tidak mengherankan waktu beliau meninggal, ribuan orang menyatakan takziah (bela sungkawa) dan lebih dari lima ribu orang yang menyalatkan jenazahnya. Imam Abu Hanifah maninggal pada bulan Rajab tahun 150 Hijriah. Beliau meninggal ketika sedang shalat.
Kitab yang langsung dinisbahkan kepada Abu Hanifah adalah Fiqh al – Akbar, al – Alim wal Muta’alim, dan Musnad. Sedangkan buku – buku lainnya banyak ditulis oleh muridnya yaitu Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asyaibani. Abu Yusuf kemudian menjadi ketua Mahkamah Agung zaman Khalifah Harun al – rasyid. Muhammad bin Hasan Asyaibani menyusun kitab – kitab al – mabsuth, al – jami’ al Shagir, al – jami’ al – kabir, al – siyar al – kabir, al- siyar al – Asyghar, dan al – ziyyadat.
2.      Imam Malik (93-179 H – 711-795 M)
Imam Malik dilahirkan di Madinah, Nama lengkapnya Malik bin Anas bin ‘Amar. Kakek Imam Mlik yaitu ‘Amar berasal dari Yaman. Beliau pernah bertemu dengan Abu Hanifah saat Abu Hanifah ke Madinah dan sangat menghargainya. Abu Hanifah tiga belas yahun lebih tua dari dari Malik bin Anas. Malik bin Anas adalah orang yang saleh, sangat sabar, ikhlas dalam berbuat, mempunyai daya ingat dan hafalan yang kuat, serta kokoh dalam pendiriannya. Beliau ahli dalam fiqh dan hadits, yang diterima dari guru – gurunya di Madinah. Guru – guru Malik bin Anas antara lain : Ibn Hurmuz, Rabi’ah, Yahya ibn Sa’ad al – Anshari, dan Ibn Syihab Azhuri.
Setelah menjadi ulama besar, Imam Malik mempunyai dua tempat pengajian yaitu Masjid dan rumahnya sendiri. Dalam hal mengajar, Imam Malik sangat menjaga diri agar tidak salah dalam memberi fatwa.  Oleh karena itu, apabila ada masalah – masalah yang ditanyakan, sedangkan beliau belum yakin akan kebenaran jawabannya. Maka sering menjawab la adri (saya tidak tahu).
Kitab yang dinisbahkan kapada Imam Malik adalah al – muwatho yang merupakan kitab Hadits tapi juga sekaligus kitab fiqh. Di samping itu juga fatwa – fatwa Imam Malik yang dikumpulkan oleh murid – muridnya, seperti Ibn Qosim dan Sahmun,telah tersusun menjadi sebuah kitab al – Mudawanah al – kubra yang merupakan kitab standar dalam mazhab Maliki.
3.      Imam al –Syafi’i (150-204 H – 767-822 M)
Beliau adalah Muhammad bin Abbas bin Usman bin Syafi’i bin As – Syaib binUbaid bin abdu Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin Abdu Manaf.
Silsilah Imam Al – Syafi’i dari ayahnya bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad SAW., pada Abdu Manaf. Oleh karena itu, beliau termasuk suku Quraisy. Ibunya dari suku al – Azdi di Yaman. Beliau dilahirkan di Ghaza, salah satu kota di Palestina pada tahun 150 H. Ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi. Sehingga al – Syafi’i dibesarkan dalam keadaan yatim dan fakir.
Muhammad bin Idris ketika berumur kurang lebih 10 tahun di bawa oleh ibunya ke mekah,ketika itu brliau telah hapal Al -  Qur’an. Di mekah beliau bayak mendapatkan hadits dari ulama-ulama hadIts . karena kefakirannya sering memungut kertas - kertas yang telah dibuang kemudian dipakainya untuk menulis. Ketika semangatnya untuk menuntut ilmu makin kuat dan menyadari bahwa Al – Qur’an itu bahasanya sangat indah dan maknanya  sangat dalam, maka beliau pergi ke Kabilah Hudjail untuk mempelajari dan mendalami sastra arab serta mengikuti saran hidup Muhammad SAW., pada masa kecilnya. Di sana beliau sampai hafal “sepuluh ribu bait syair-syair Arab”.
Di Mekkah Muhammad bin Idris berguru kepada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim bin Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik. Sebelum pergi ke Madinah beliau telah membaca dan hafal kitab al-Muwatha. Beliau membawa surat dari wali Mekkah diotujukan untuk wali Madinah agar mudah bertemu dengan Imam Malik. Pada waktu itu Muhammad bin Idris sudah berumur 20 tahun. Kemudian berguru kepada Imam Malik selama 7 tahun.
Karena terdesak oleh kebutuhan hidupnya, Imam Syafi’i kemudian bekerja di Yaman. Sewaktu bekerja di Yaman beliau dituduh terlibat gerakan Syi’ah sehingga dihadapkan kepada Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad. Beliau tidak dijatuhi hukuman karena ilmunya yang tinggi dan atas bantuan Muhammad bin Hasan Asyaibani (murid Abu Hanifah).
Muhammad bin Hasan Asyaibani pernah belajar kepada Imam Malik selama 3 tahun. Beliau mendapat pelajaran Fiqh Imam Abu Hanifah selama dua tahun. Kemudian kembali lagi ke Mekkah. Pada kesempatan musim Haji beliau bertemu dengan ulama-ulama yang pergi ke Mekkah naik Haji dari seluruh wilayah Islam. Dengan demikian Fiqh Imam Syafi’i menyebar di seluruh wilayah Islam.
Beliau bermukim di Mekkah selama tujuh tahun. Kemudian pada tahun 195 H, kembali lagi ke Baghdad dan sempat berziarah ke kuburan Abu Hanifah ketika umurnya 45 tahun. Di Baghdad beliau memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Di antara muridnya yang terkenal adalah Ahmad Ibnu Hanbal yang sebelumnya pernah bertemu dengan Imam al Syafi’i di Mekkah.
Setelah dua tahun di Baghdad, kembali lagi ke Madinah tetapi tidak lama kemudian pada tahun 198 H, beliau kembali lagi ke Baghdad, seterusnya ke Mesir tahun 199 H. Di Mesir beliau memberi pelajaran fatwa-fatwanya kemudian terkenal dengan nama Qaul Jadid. Sedangkan fatwanya waktu di Baghdad disebut Qaul Qadim. Imam Al-Syafi’i meninggal di Mesir pada tahun 204 H atau 822 M.
Dari riwayat hidupnya tampak juga bahwa Imam Al-Syafi’i adalah seorang ulama besar yang mampu mendalami serta membangunkan antara metode ijtihad Imam Malikdan metode Imam Abu Hanifah.
Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenangan dalam hati. Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu, konsep ikhtiyat (prinsip kehati-hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Di antara kitab-kitab yang beliau karang adalah:
1)   Kitab Al-Risalah.
Yang merupakan kitab Ushul Fiqh yang pertama kali dikarang dan karenanya Imam Al-Syafi’i dikenal sebagai peletak ilmu Ushul Fiqih. Di dalamnya diterangkan pokok-pokok pikiran Imam Al Syafi’i dalam menetapkan hukum.
2)   Kitab Al-Umm.
Kitab ini berisi masalah-masalah fiqh yang dibahas berdasarkan pokok-pokok pikiran beliau yang terdapat dalam Al-Risalah.
Ulama-ulama besar yang bermazhab Al-Syafi’i di antaranya adalah:
Ar-Robi al-Murodi, Yusuf bin Yahya al-Buwaiti, Al-Mujani, Abdullah Al-Juwaeni, Al-Ghozali, Ar-Razi, Abu Isak Asyirozi, Ijudin bin Abdi as-Salam, Taqiyudin Asubki, Al-Mawardi, Taqiyuddin bin Daqiqil’id, An-Nawari, dan lain-lain. Salah satu muridnya yang pandai adalah Ahmad Ibnu Hanbal.

4.      Imam Ahmad Ibn Hanbali (164-241 H)
Imam Ahmad Hanbali dilahirkan pada bulan Ra’biul awal tahun 164 H, di Baghdad, Bapak dan ibunya berasal dari kabilah Asya-bani bagian dari Kabilah di Arab.
Sejak kecil sudah tampak minatnya kepada Agama, beliau menghapal Al-Qur’an, mendalami bahasa Arab, Belajar Hadist, atsar sahabat dan tabi’in serta sejarah Nabi dan para sahabat. Beliau belajar fiqh dari Abu Yusuf muridnya Abu Hanifah dan dari Imam Al-Syafi’i. Beliau belajar Hadist di Baghdad, Basrah, Kufah, Mekkah, Madinah dan Yaman.
Imam Ahmad memiliki daya ingat yang kuat dan ini adalah kemampuan yang umum terdapat pada ahli-ahli Hadist. Beliau juga sangat sabar dan ulet, memiliki keinginan yang kuat dan teguh dalam pendirian.
Beliau wafat pada tahun 241 H. Yang mengembangkan Mazhab Hanbali yang terkenal serta pengaruhnya didunia islam sekarang adalah Ibn Taimiyah (661 H) yang lahir sekitar 450 tahun setelah Imam Ahmad meninggal Murid Ibn Taimiyah adalah Ibn Qoyyim. Ibn Taimiyah yang hidup pada masa kehancuran umat Islam dan merajalelanya taklid sangat mendambakan kebangunan kembali umat Islam dengan cara kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah, serta memerangi berbagai kemusyrikan, bi’dah dan khufarat. Ibn Taimiyah lebih dikenal di bidang pemikiran.
Sebaliknya, ibn Qoyyim tampaknya lebih mencurahkan perhatian pada penerapan hukum dalam mengatasi berbagai perubahan sosial. Hal ini mengisyaratkan bahwa ia menetapkan jalan yang lurus dengan rambu-rambu keadilan, kerahmatan, kemaslahatan dan hikmah kebijaksanaan.
5.      Imam Daud bin Ali al-Ashbahani (202-270 H) dan Ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H)
Kedua ulama ini adalah ulama besar dan tokoh Mazhab Dhahiri. Daud bin Ali asalnya bermazhab al-Syafi’i dan sangat menghormati Imam al-Syafi’i, karena al-Syafi’i sangat menguasai Al-Qur’an dan As-sunnah.
Daud Adhahiri banyak menulis Al-Sunnah, didalamnya dikemukakan pendapatnya tentang hukum-hukum yang didasarkan kepada nash dan kandungan nash-nash. Kemudian para muridnya menyebarkan tulisan-tulisan ini, misalnya putranya sendiri yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud.
Pada mulanya Mazhab Dhahiri menyebar di Baghdad, kemudian menyebar ke sebelah barat dan menjadi pegangan di Andalusia. Disitulah kemudian ulama besar tokoh Mazhab Dhahiri dilahirkan yaitu Ibn Hamz al-Andalusia. Ibn Hamz dilahirkan disebelah timur laut kota Cordoba, pada waktu fajar di akhir bulan Ramadhan tahun 384 H.Cordoba pada waktu itu menjadi pusat ilmu-ilmu Islam dibelahan barat dunia Islam. Di situlah orang-orang Eropa banyak menurut ilmu. Orang tua Ibn Hamz adalah salah seorang pejabat tinggi di Andalusia di bawah kekuasaan Bani Umayah.
Ibn Hazm adalah seorang ulama yang sangat kritis, mempunyai daya ingat yang kuat dan rasa seni yang tinggi. Di atas semuanya itu beliau adalah ulama yang sangat kokoh berpegang kepada dhahirinya Al-Qur’an dan Assunah sebagai cerminan dari keimanannya, ketakwaannya, dan keikhlasannya. Pikiran-pikiran Ibn Hazm ini banyak menarikj perhatian pemuda-pemuda pada masanya.
Banyak kitab-kitab karangannya, di antaranya yang sampai kepada kita adalah al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, dalam ilmu Ushul Fiqh dan kitab al-Muhlla, yang merupakan kitab Fiqh dalam Mazhab Dhahiri.


6.      Imam Ja’fat al-Shaddiq (80-148 H)
Banyak ulama-ilama dari golongan Syi’ah yang ahli dalam fiqh, seperti Muhammad al-Bakir, Zaid bin Ali Zaenal Abidin, Ja’far al-Shaddiq dan lain sebagainya. Seluruhnya keterunan Rasulullah SAW. Salah seorang dari mereka yaitu ImamJa’far al-shaddiq, berikut adalah riwayat hidupnya.
Beliau adalah putra Muhammad al-Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali Karamallahu Wajhahu. Sedangkan ibunya Ummu Farwah binti al-Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Shiddiq Radiyallahu Anhu.
Imam Ja’far al Shiddiq tokoh Syi’ah Ja’fariyah, Imam Zayd tokoh Syi’ah Zaydiyah dan Imam Abu Hanifah tokoh Ahl Sunnah hidup pada waktu yang sama. Sehingga ketiganya pernah bertemu pada waktu menuntut ilmu. Ja’far al-Shiddiq mulai belajar dari ayahnya, Imam Muhammad al-Bakir mengenai ilmu-ilmu Al-Qur’an, Hadist dan juga Akhlak. Sesudah itu dari keluarga ayahnya dan keluarga ibunya. Beliau juga menguasai Ilmu Alam, Ilmu Kimia dan Ilmu-ilmu dalam Taurat, Injil dan ilmu para Nabi-nabi lainnya.
Imam Ja’far adalah ulama yang sangat takwa kepada Allah, sangat ikhlas, memiliki wibawa keilmuan dan berakhlak mulia serta mempunyai kearifan yang tinggi. Beliau termasuk salah satu guru dari Imam Mujatahid Abu Hanifah dan Malik serta ulama-ulama seprti Sufyan Atsauri dan Sufyan bin Uyaenah.
Dengan pengetahuannya yang dalam tentang Al-Qur’an beliau menarik mutiara-mutiara dari pengertian-pengertiandan nash-nash Al-Qur’an. Kemudian dari sunnah, sesudah itu mengambil mashlahat dari akal pikiran yang sehat.
Imam Ja’far meninggal tahun 148 H. Serta dimakamkan di Baqie, yaitu tempat di mana dimakamkan ayahnya Muhammad al-Bakir, kakeknya ZaenalAbidin dan Hasan bin Ali.
Demikianlah riwayat singkat beberapa ulama besar yang merupakan bintang cemerlang dalam cakrawala dunia ilmu yang ikut menerangi dan mewarnai dunia Islam. Meskipun ada perbedaan di antara ulama-ulama tersebut dalam dasar-dasar berijtihad serta metodenya yang mengakibatkan adanya perbedaan dalam hukum. Dengan adanya perbedaan itu lah kita mempunyai perbendaharaan yang sangat banyak dalam hukum dan bisa menimbang-nimbang berdasar sinar wahyu Illahi dan akal yang sehat, sehingga bisa menemukan hukum yang lebih tepat. Imam Abu Hanifah berkata: “orang yang paling berilmu adalah orang yang paling banyak tahu tentang perbedaan di kalangan manusia”.

DAFTAR PUSTAKA
Prof h,a Djazuli. 2010. Ilmu Fiqh. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Syafe’i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung : Pustaka Setia
http://asmisiangka.blogspot.com/2012/12/macam-macam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar