ALIRAN – ALIRAN DI
DALAM FIQH
A.
Macam
– macam Mazhab
Kira
– kira pada abad pertama Hijriah sampai pada awal keempat, tidak kurang dari
sembilan belas aliran hukum sudah tumbuh dalam islam. Kenyataan ini saja
cukuplah sudah penunjukan betapa ahli – ahli hukum kita dahulu tak putus – putusnya bekerja
untuk untuk disejalankan dengan kebutuhan – kebutuhan peradaban yang terus
tumbuh.
Adanya
aliran –aliran dalam fiqh ini karena adanya perbedaan disekitar metode
berijtihad yang menimbulkan perbedaan pendapat. Dari perbedaan pendapat ini
terbentuklah kelompok – kelompok fiqh yang pada mulanya terdiri dari murud –
murid para Imam Mujtahid. Pada akhirnya kelompok – kelompok ini pun berkembang
dan tersebar. Sebenarnya para Imam mujtahid sendiri tidaklah menganjurkan untuk
mengikuti mereka. Yang dianjurkan oleh para imam mazhab justru kembali kepada dalil
– dalil dalam berijtihad, meskipun dengan cara itu ada kemungkinan hukum yang
dihasilkan berbeda dengan pendapat mereka. Dengan kata lain para Imam mujtahid
mendorong untuk berijtihad. Hal ini dibuktikan oleh ucapan imam mazhab itu
sendiri.
Dalam
hubungan ini pegangan para imam berijtihad seperti :
a. Imam
Abu Hanifah berpegang kepada Al – Qur’an, Asunnah, dan pendapat sahabat.
Kemudian dalam ijtihadnya beliau menggunakan Qiyas, Al – Istihsan, Ijma sahabat
dan Urf. Mazhab Hanafi terdapat di Turki, Afganistan, Asia Tengah, Pakistan,
India, dan Mesir.
b. Imam
Maliki berpegangan pada Al – Qur’an, Assunnah, Amal ahli Madinah, Fatwa
Sahabat, Al – Qiyas, Al – Maslahah, Al – Mursalah, dan Adzari’ah. Amal ahli
Madinah yang dijadikan pegangan oleh Imam Malikiadalah perbuatan penduduk
Madinah yang tidak yang tidak mungkin tidak asalnya dari Rasululloh. Mazhab
Maliki banyak dianut di Afrika Utara, Sudan, dan beberapa bagian di Mesir.
Dahulu mazhab Maliki dianut di Andalusia (Spanyol).
c. Imam
Al – Syafi’i berpegang kepada Al – Qur’an, Assunnah, Ijma’, Qiyas, dan
Istidlal. Mazhab Syafi’i banyak dianut di Arabia Selatan (Yaman), di India
Selatan, Muangthai, Malaysia, Indonesia, Brunai, dan Filipina.
d. Imam
Ahmad Ibn Hanbali berpegangan ke[ada Al – Qur’an, Assunnah, Fatwa Sahabat,
Qiyas dan Adzaria’. Mazhab ini banyak dianut di Arabia, Siria, dan beberapa
bagian Afrika.
e. Mazhab
Dhahiri berpegangan kepada Al – Qur’an, Assunnah, pendapat Sahabat dan
Istishab. Mazhab ini dahulu banyak dianut di Andalusia (Spanyol), kemudian
menyebar ke negeri – negeri di Afrika Utara.
f. Pegangan
Syi’ah adalah Al – Qur’an, Assunnah, Qiyas, Istihsan, Al – marsalah, Al –
Mursalah, dan Al – Aqal (apa yang menurut akal baik) ini digunkan apabila ia
tidak ada jalan lain (Syi’ah Zaidiyah). Adapun Syi’ah Ja’fariah menggunakan Al
– Qur’an, Assunnah, Ijma’, Al – Maslahah, Al – Mursalah, dan Aqal. Mazhab
Syi’ah banyak dianut di Iran dan sebagian Irak serta di daerah Yaman Utara.
Tampak
ada kecenderungan dikalangan para Ahli Hukum Islam sekarang ini untuk
mempertimbangkan semua mazhab tidak hanya memperhatikan suatu mazhab saja dalam
mengambil keputusan hukum. Di samping itu dengan adanya kitab – kitab dari
semua mazhab menyebar diseluruh dunia islammungkinkah untuk mempelajari fiqh
secara muqaranah. Fiqh Islam yang lama diam, mulaibergerak kembali bersama –
sama dengan bangunnya kembali masyarakat muslim di seluruh dunia Islam.
B.
Riwayat
Singkat Imam Mazhab
1.
Imam
Abu Hanifah (80-150H-767 M)
Beliau
dilahirkan di kufah tahun 80 H. Nama beliau adalah Nu’man bin Tsabit. Beliau
lebih terkenal dngan sebutan Abu Hanifah bukan karena mempunyai putre bernama
Hanifah, tetapi asal nama itu dari Abu al – Millah al – Hanifah, diambil dari
ayat : حنيفا ابرهيم ملة فاتبعوا (Maka ikutilah agama
Ibrahim yang lurus. Ali Imran ayat 95). Beliau bukan orang Arab tetapi
keturunan orang Persiayang menetap di Kufah. Ayahnya dilahirkan pada masa
Khalifah Ali. Kakeknya dan Ayahnya pernah didoakan oleh Imam Ali agar
mendapatkan turunan yang diberkahi Allah SWT. Pada waktu kecil Beliau menghapal
Al – Qur’an, seperti dilakukan anak – anak pada masa itu, kemudian berguru
kepada Imam Ashim salah seorang Imam Qiro’ah Sab’ah. Keluarganya adalah
keluarga pedagang, oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Nu’man pun
kemudian menjadi pedagang.
Guru
– guru Abu Hanifah yang terkenal diantaranya :
Ø Al
– Sya’bi dan Hammad bin Abi Sulayman di Kufah.
Ø Hasan
Basri di Basrah.
Ø Atha’
bin Rabbah di Mekah.
Ø Sulayman
dan Salim di Madinah.
Dalam
kunjungan yang kedua kalinya ke Madinah Abu Hanifah bertemu dengan Muhammad
Bagir dari Syi’ah dan putra Imam Bagir yaitu ja’far al – Shiddiq. Beliau pun mendapatkan
banyak ilmu dari ulama ini.
Dengan
demikian Imam Abu Hanifah mempunyai banyak guru di kufah, Basrah, Mekah dan
Madinah. Beliau berkeliling ke kota – kota yang menjadi pusat ilmu masa itu dan
banyak mengetahui hadits – hadits. Yang menonjol dari fiqh Imam Abu Hanifah ini
antara lain adalah :
1) Sangat
rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.
2) Lebih
mudah dipahami daripada mazhab yang lain.
3) Lebih
liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang nonmuslim).
Abu
hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat cerdas, ikhlas dan tegas dalam
bersikap, mempunyai integritas pribadi, dan memiliki daya tarik yang
tersendiri. Sehingga tidak mengherankan waktu beliau meninggal, ribuan orang
menyatakan takziah (bela sungkawa) dan lebih dari lima ribu orang yang
menyalatkan jenazahnya. Imam Abu Hanifah maninggal pada bulan Rajab tahun 150
Hijriah. Beliau meninggal ketika sedang shalat.
Kitab
yang langsung dinisbahkan kepada Abu Hanifah adalah Fiqh al – Akbar, al – Alim
wal Muta’alim, dan Musnad. Sedangkan buku – buku lainnya banyak ditulis oleh
muridnya yaitu Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asyaibani. Abu Yusuf kemudian
menjadi ketua Mahkamah Agung zaman Khalifah Harun al – rasyid. Muhammad bin
Hasan Asyaibani menyusun kitab – kitab al – mabsuth, al – jami’ al Shagir, al –
jami’ al – kabir, al – siyar al – kabir, al- siyar al – Asyghar, dan al –
ziyyadat.
2.
Imam
Malik (93-179 H – 711-795 M)
Imam
Malik dilahirkan di Madinah, Nama lengkapnya Malik bin Anas bin ‘Amar. Kakek
Imam Mlik yaitu ‘Amar berasal dari Yaman. Beliau pernah bertemu dengan Abu
Hanifah saat Abu Hanifah ke Madinah dan sangat menghargainya. Abu Hanifah tiga
belas yahun lebih tua dari dari Malik bin Anas. Malik bin Anas adalah orang
yang saleh, sangat sabar, ikhlas dalam berbuat, mempunyai daya ingat dan
hafalan yang kuat, serta kokoh dalam pendiriannya. Beliau ahli dalam fiqh dan
hadits, yang diterima dari guru – gurunya di Madinah. Guru – guru Malik bin
Anas antara lain : Ibn Hurmuz, Rabi’ah, Yahya ibn Sa’ad al – Anshari, dan Ibn
Syihab Azhuri.
Setelah
menjadi ulama besar, Imam Malik mempunyai dua tempat pengajian yaitu Masjid dan
rumahnya sendiri. Dalam hal mengajar, Imam Malik sangat menjaga diri agar tidak
salah dalam memberi fatwa. Oleh karena
itu, apabila ada masalah – masalah yang ditanyakan, sedangkan beliau belum
yakin akan kebenaran jawabannya. Maka sering menjawab la adri (saya tidak
tahu).
Kitab
yang dinisbahkan kapada Imam Malik adalah al – muwatho yang merupakan kitab
Hadits tapi juga sekaligus kitab fiqh. Di samping itu juga fatwa – fatwa Imam
Malik yang dikumpulkan oleh murid – muridnya, seperti Ibn Qosim dan
Sahmun,telah tersusun menjadi sebuah kitab al – Mudawanah al – kubra yang
merupakan kitab standar dalam mazhab Maliki.
3.
Imam
al –Syafi’i (150-204 H – 767-822 M)
Beliau
adalah Muhammad bin Abbas bin Usman bin Syafi’i bin As – Syaib binUbaid bin
abdu Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin Abdu Manaf.
Silsilah
Imam Al – Syafi’i dari ayahnya bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad SAW., pada
Abdu Manaf. Oleh karena itu, beliau termasuk suku Quraisy. Ibunya dari suku al
– Azdi di Yaman. Beliau dilahirkan di Ghaza, salah satu kota di Palestina pada
tahun 150 H. Ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi. Sehingga al – Syafi’i
dibesarkan dalam keadaan yatim dan fakir.
Muhammad
bin Idris ketika berumur kurang lebih 10 tahun di bawa oleh ibunya ke
mekah,ketika itu brliau telah hapal Al -
Qur’an. Di mekah beliau bayak mendapatkan hadits dari ulama-ulama hadIts
. karena kefakirannya sering memungut kertas - kertas yang telah dibuang
kemudian dipakainya untuk menulis. Ketika semangatnya untuk menuntut ilmu makin
kuat dan menyadari bahwa Al – Qur’an itu bahasanya sangat indah dan maknanya sangat dalam, maka beliau pergi ke Kabilah
Hudjail untuk mempelajari dan mendalami sastra arab serta mengikuti saran hidup
Muhammad SAW., pada masa kecilnya. Di sana beliau sampai hafal “sepuluh ribu
bait syair-syair Arab”.
Di
Mekkah Muhammad bin Idris berguru kepada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim
bin Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik.
Sebelum pergi ke Madinah beliau telah membaca dan hafal kitab al-Muwatha.
Beliau membawa surat dari wali Mekkah diotujukan untuk wali Madinah agar mudah
bertemu dengan Imam Malik. Pada waktu itu Muhammad bin Idris sudah berumur 20
tahun. Kemudian berguru kepada Imam Malik selama 7 tahun.
Karena
terdesak oleh kebutuhan hidupnya, Imam Syafi’i kemudian bekerja di Yaman.
Sewaktu bekerja di Yaman beliau dituduh terlibat gerakan Syi’ah sehingga
dihadapkan kepada Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad. Beliau tidak dijatuhi
hukuman karena ilmunya yang tinggi dan atas bantuan Muhammad bin Hasan
Asyaibani (murid Abu Hanifah).
Muhammad
bin Hasan Asyaibani pernah belajar kepada Imam Malik selama 3 tahun. Beliau
mendapat pelajaran Fiqh Imam Abu
Hanifah selama dua tahun. Kemudian kembali lagi ke Mekkah. Pada kesempatan
musim Haji beliau bertemu dengan ulama-ulama yang pergi ke Mekkah naik Haji
dari seluruh wilayah Islam. Dengan demikian Fiqh
Imam Syafi’i menyebar di seluruh wilayah Islam.
Beliau
bermukim di Mekkah selama tujuh tahun. Kemudian pada tahun 195 H, kembali lagi
ke Baghdad dan sempat berziarah ke kuburan Abu Hanifah ketika umurnya 45 tahun.
Di Baghdad beliau memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Di antara
muridnya yang terkenal adalah Ahmad Ibnu Hanbal yang sebelumnya pernah bertemu
dengan Imam al Syafi’i di Mekkah.
Setelah
dua tahun di Baghdad, kembali lagi ke Madinah tetapi tidak lama kemudian pada
tahun 198 H, beliau kembali lagi ke Baghdad, seterusnya ke Mesir tahun 199 H.
Di Mesir beliau memberi pelajaran fatwa-fatwanya kemudian terkenal dengan nama
Qaul Jadid. Sedangkan fatwanya waktu di Baghdad disebut Qaul Qadim. Imam
Al-Syafi’i meninggal di Mesir pada tahun 204 H atau 822 M.
Dari
riwayat hidupnya tampak juga bahwa Imam Al-Syafi’i adalah seorang ulama besar
yang mampu mendalami serta membangunkan antara metode ijtihad Imam Malikdan
metode Imam Abu Hanifah.
Bagi
Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenangan dalam hati. Untuk
itu diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu, konsep ikhtiyat (prinsip
kehati-hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Di
antara kitab-kitab yang beliau karang adalah:
1)
Kitab Al-Risalah.
Yang merupakan kitab Ushul Fiqh yang pertama kali dikarang
dan karenanya Imam Al-Syafi’i dikenal sebagai peletak ilmu Ushul Fiqih. Di dalamnya diterangkan pokok-pokok pikiran Imam Al
Syafi’i dalam menetapkan hukum.
2)
Kitab Al-Umm.
Kitab ini berisi
masalah-masalah fiqh yang dibahas
berdasarkan pokok-pokok pikiran beliau yang terdapat dalam Al-Risalah.
Ulama-ulama
besar yang bermazhab Al-Syafi’i di antaranya adalah:
Ar-Robi al-Murodi,
Yusuf bin Yahya al-Buwaiti, Al-Mujani, Abdullah Al-Juwaeni, Al-Ghozali,
Ar-Razi, Abu Isak Asyirozi, Ijudin bin Abdi as-Salam, Taqiyudin Asubki,
Al-Mawardi, Taqiyuddin bin Daqiqil’id, An-Nawari, dan lain-lain. Salah satu
muridnya yang pandai adalah Ahmad Ibnu Hanbal.
4.
Imam
Ahmad Ibn Hanbali (164-241 H)
Imam
Ahmad Hanbali dilahirkan pada bulan Ra’biul awal tahun 164 H, di Baghdad, Bapak
dan ibunya berasal dari kabilah Asya-bani bagian dari Kabilah di Arab.
Sejak
kecil sudah tampak minatnya kepada Agama, beliau menghapal Al-Qur’an, mendalami
bahasa Arab, Belajar Hadist, atsar sahabat dan tabi’in serta sejarah Nabi dan
para sahabat. Beliau belajar fiqh
dari Abu Yusuf muridnya Abu Hanifah dan dari Imam Al-Syafi’i. Beliau belajar
Hadist di Baghdad, Basrah, Kufah, Mekkah, Madinah dan Yaman.
Imam
Ahmad memiliki daya ingat yang kuat dan ini adalah kemampuan yang umum terdapat
pada ahli-ahli Hadist. Beliau juga sangat sabar dan ulet, memiliki keinginan
yang kuat dan teguh dalam pendirian.
Beliau
wafat pada tahun 241 H. Yang mengembangkan Mazhab Hanbali yang terkenal serta
pengaruhnya didunia islam sekarang adalah Ibn Taimiyah (661 H) yang lahir
sekitar 450 tahun setelah Imam Ahmad meninggal Murid Ibn Taimiyah adalah Ibn
Qoyyim. Ibn Taimiyah yang hidup pada masa kehancuran umat Islam dan
merajalelanya taklid sangat mendambakan kebangunan kembali umat Islam dengan
cara kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah, serta memerangi berbagai
kemusyrikan, bi’dah dan khufarat. Ibn Taimiyah lebih dikenal di bidang
pemikiran.
Sebaliknya,
ibn Qoyyim tampaknya lebih mencurahkan perhatian pada penerapan hukum dalam
mengatasi berbagai perubahan sosial. Hal ini mengisyaratkan bahwa ia menetapkan
jalan yang lurus dengan rambu-rambu keadilan, kerahmatan, kemaslahatan dan
hikmah kebijaksanaan.
5.
Imam
Daud bin Ali al-Ashbahani (202-270 H) dan Ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H)
Kedua
ulama ini adalah ulama besar dan tokoh Mazhab Dhahiri. Daud bin Ali asalnya
bermazhab al-Syafi’i dan sangat menghormati Imam al-Syafi’i, karena al-Syafi’i
sangat menguasai Al-Qur’an dan As-sunnah.
Daud
Adhahiri banyak menulis Al-Sunnah, didalamnya dikemukakan pendapatnya tentang
hukum-hukum yang didasarkan kepada nash dan kandungan nash-nash. Kemudian para
muridnya menyebarkan tulisan-tulisan ini, misalnya putranya sendiri yang
bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud.
Pada
mulanya Mazhab Dhahiri menyebar di Baghdad, kemudian menyebar ke sebelah barat
dan menjadi pegangan di Andalusia. Disitulah kemudian ulama besar tokoh Mazhab
Dhahiri dilahirkan yaitu Ibn Hamz al-Andalusia. Ibn Hamz dilahirkan disebelah
timur laut kota Cordoba, pada waktu fajar di akhir bulan Ramadhan tahun 384
H.Cordoba pada waktu itu menjadi pusat ilmu-ilmu Islam dibelahan barat dunia
Islam. Di situlah orang-orang Eropa banyak menurut ilmu. Orang tua Ibn Hamz
adalah salah seorang pejabat tinggi di Andalusia di bawah kekuasaan Bani
Umayah.
Ibn
Hazm adalah seorang ulama yang sangat kritis, mempunyai daya ingat yang kuat
dan rasa seni yang tinggi. Di atas semuanya itu beliau adalah ulama yang sangat
kokoh berpegang kepada dhahirinya Al-Qur’an dan Assunah sebagai cerminan dari
keimanannya, ketakwaannya, dan keikhlasannya. Pikiran-pikiran Ibn Hazm ini
banyak menarikj perhatian pemuda-pemuda pada masanya.
Banyak
kitab-kitab karangannya, di antaranya yang sampai kepada kita adalah al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, dalam ilmu Ushul Fiqh dan kitab al-Muhlla, yang merupakan kitab Fiqh
dalam Mazhab Dhahiri.
6.
Imam
Ja’fat al-Shaddiq (80-148 H)
Banyak
ulama-ilama dari golongan Syi’ah yang ahli dalam fiqh, seperti Muhammad al-Bakir, Zaid bin Ali Zaenal Abidin, Ja’far
al-Shaddiq dan lain sebagainya. Seluruhnya keterunan Rasulullah SAW. Salah
seorang dari mereka yaitu ImamJa’far al-shaddiq, berikut adalah riwayat
hidupnya.
Beliau
adalah putra Muhammad al-Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali
Karamallahu Wajhahu. Sedangkan ibunya Ummu Farwah binti al-Qosim bin Muhammad
bin Abi Bakar Shiddiq Radiyallahu Anhu.
Imam
Ja’far al Shiddiq tokoh Syi’ah Ja’fariyah, Imam Zayd tokoh Syi’ah Zaydiyah dan
Imam Abu Hanifah tokoh Ahl Sunnah hidup pada waktu yang sama. Sehingga
ketiganya pernah bertemu pada waktu menuntut ilmu. Ja’far al-Shiddiq mulai
belajar dari ayahnya, Imam Muhammad al-Bakir mengenai ilmu-ilmu Al-Qur’an,
Hadist dan juga Akhlak. Sesudah itu dari keluarga ayahnya dan keluarga ibunya.
Beliau juga menguasai Ilmu Alam, Ilmu Kimia dan Ilmu-ilmu dalam Taurat, Injil
dan ilmu para Nabi-nabi lainnya.
Imam
Ja’far adalah ulama yang sangat takwa kepada Allah, sangat ikhlas, memiliki
wibawa keilmuan dan berakhlak mulia serta mempunyai kearifan yang tinggi.
Beliau termasuk salah satu guru dari Imam Mujatahid Abu Hanifah dan Malik serta
ulama-ulama seprti Sufyan Atsauri dan Sufyan bin Uyaenah.
Dengan
pengetahuannya yang dalam tentang Al-Qur’an beliau menarik mutiara-mutiara dari
pengertian-pengertiandan nash-nash Al-Qur’an. Kemudian dari sunnah, sesudah itu
mengambil mashlahat dari akal pikiran yang sehat.
Imam
Ja’far meninggal tahun 148 H. Serta dimakamkan di Baqie, yaitu tempat di mana
dimakamkan ayahnya Muhammad al-Bakir, kakeknya ZaenalAbidin dan Hasan bin Ali.
Demikianlah
riwayat singkat beberapa ulama besar yang merupakan bintang cemerlang dalam
cakrawala dunia ilmu yang ikut menerangi dan mewarnai dunia Islam. Meskipun ada
perbedaan di antara ulama-ulama tersebut dalam dasar-dasar berijtihad serta
metodenya yang mengakibatkan adanya perbedaan dalam hukum. Dengan adanya
perbedaan itu lah kita mempunyai perbendaharaan yang sangat banyak dalam hukum
dan bisa menimbang-nimbang berdasar sinar wahyu Illahi dan akal yang sehat,
sehingga bisa menemukan hukum yang lebih tepat. Imam Abu Hanifah berkata:
“orang yang paling berilmu adalah orang yang paling banyak tahu tentang
perbedaan di kalangan manusia”.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof
h,a Djazuli. 2010. Ilmu Fiqh. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group
Rasjid,
Sulaiman. 2011. Fiqh Islam. Bandung :
Sinar Baru Algensindo
Syafe’i,
Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqh.
Bandung : Pustaka Setia
http://asmisiangka.blogspot.com/2012/12/macam-macam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar